February 2016

Monday, February 29, 2016

Wednesday, February 24, 2016

Dasar Akuntansi Biaya


akuntansi biaya

  • Pengertian Akuntansi Biaya
Istilah akuntansi biaya terdiri dari dua unsur kata, yaitu akuntansi dan biaya. Akuntansi berfungsi sebagai sesuatu proses atau subyek yang menerangkan, sedangkan biaya sebagai sesuatu obyek yang diterangkan. Akuntansi sendiri di sini di artikan sebagai suatu teknik (yang meliputi seni dan ilmu) pencatatan, pengelompokkan, dan pelaporan untuk dijadikan sumber informasi pengambilan keputusan. Sedangkan biaya diartikan sebagai sesuatu pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang diukur dengan satuan uang. Berdasar pada pengertian itu, maka yang diakuntansikan hanyalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tujuannya tentu untuk memberikan informasi pengambilan keputusan bagi pihak manajemen, terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dengan pendefinisian akuntansi dan biaya di atas, maka Akuntansi Biaya dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu pencatatan, peringkasan, pelaporan, dan penginterpretasian dari transaksi-transaksi keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran sejumlah harga dari sumberdaya ekonomi baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu.

  • Ruang Lingkup Akuntansi Biaya
Akuntansi perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar akuntansi, yaitu akuntasi manajemen, akuntansi keuangan, dan akuntansi biaya. Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang ruang lingkupnya obyeknya ataupun kegunaannya bersifat internal, yaitu dari dan untuk manajemen. Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang ruang lingkup obyeknya (sumber data) berasal dari internal perusahaan dan kegunaannya (laporan keuangan) untuk internal manajemen sendiri ataupun pihak eksternal. Pihak eksternal ini meliputi: pemegang saham, kantor pajak, calon investor, dan lain-lain. Sedangkan akuntansi biaya adalah akuntansi yang secara khusus mencatat semua biaya-biaya yang digunakan dalam menunjang operasionalnya perusahaan. Dengan demikian, akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan khusus yang terkait dengan pencatatan biaya.

  • Pentingnya Akuntansi Biaya
Perusahaan apapun tentu mempunyai banyak tujuan. Misalnya, tujuan pengembangan pasar, tujuan pengenalan produk, tujuan memenangkan pasar, tujuan mengedukasi pegawai, tujuan menguasai bahan pasokan, dan sebagainya. Tujuan-tujuan tersebut bagi perusahaan hanyalah berkategori tujuan antara Tujuan utamanya adalah laba. Laba itu sendiri, hanya dapat diperoleh perusahaan ketika perusahaan mampu mengendalikan biaya pada jumlah yang lebih kecil dibanding pendapatan. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan, maka laba perusahaan akan semakin besar.
Fomula matematisnya sebagai berikut: Laba = Pendapatan – Biaya

  • Penerapan Akuntansi Biaya
Biaya dalam perusahaan sangat beragam. Mulai dari pendirian perusahaan, pengadaan bahan, pemrosesan barang, hingga penjualan barang, bahkan adanya pelayanan purna jual, semuanya bersinggungan dengan biaya. Begitu pula dalam hal jumlah biaya yang dikeluarkan, tergantung pada kebijakan masing-masing manajemen perusahaan. Tujuan perusahaan, tingkat skala dan skope perusahaan juga mempengaruhi pelaksanaan pengakuntansian biaya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan akuntansi biaya perlu senantiasa meninjau apa yang menjadi kebijakan masing-masing perusahaan. Peninjauan ini penting karena karena masing-masing perusahaan memang berbeda karakter, berbeda kondisi, serta berbeda apa yang sedang dialami. Meskipun begitu, apa yang diakuntansikan tetap berobyek pada jenis-jenis biaya yang dapat digolongkan dalam banyak hal (ini akan dibahas pada jenis-jenis biaya). Akuntansi biaya pada dasarnya bertujuan untuk mengerti efektifitas realisasi biaya yang dikeluarkan. Sedangkan efektifitas ini baru diketahui ketika dilakukan pembandingan dengan anggaran biaya yang ditetapkan oleh manajemen. Realisasi biaya ini yang kemudian dilaporkan dalam laporan keuangan berupa laporan rugi-laba. Dalam hal anggaran biaya, terdapat banyak aktivitas yang dilakukan, seperti kalkulasi biaya, pencatatan biaya, serta pelaksanaan biaya.Ketiga aktivitas ini tentu didasarkan pada jenis-jenis biaya yang umumnya terjadi setiap perusahaan.

  • Peran Kebijakan Manajemen
Kebijakan manajemen dalam suatu perusahaan umumnya berbeda dengan kebijakan manajemen di perusahaan lain. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan perbedaan itu, misalnya: kondisi laba perusahaan, karakter bisnis perusahaan, skala aa skope perusahaan, tingkat maturitas perusahaan, tujuan-tujuan kebijakan perusahaan, dan sebagainya.
Perusahaan yang sedang pada kondisi mengalami laba normal, atau laba super normal, atau bahkan dalam kondisi yang merugi, tentu perlakuannya terhadap biaya akan berbeda. Pada kondisi laba, perusahaan mungkin akan berani mengeluarkan biaya yang lebih besar, dalam arti jenis ataupun jumlahnya, namun ketika perusahaan mengalami kerugian, yang terjadi mungkin sebaliknya, yaitu akan mengurangi jumlah-junlah biaya atau bahkan mengeliminasi jenis biaya tertentu agar bisa mendukung kelangsungan perusahaan.
Begitu pula, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, atau jasa, atau manufaktur tentu berbeda jenis dan ragam biaya yang dikeluarkan. Pada perusahaan jasa mungkin tidak mengalami biaya terkait penyetokan barang, namun dalam perusahaan perdagangan atau manufaktur hal tersebut tidak dapat dihindarkan. Pada perusahaan perdagangan mungkin tidak mncul biaya produksi, amun dalam perusahaan jasa dan manufaktur hal itu lumrah terjadi. Skala perusahaan besar tentu biayanya berbeda dengan perusahaan yang berskala kecil. Begitu pula skope perusahaan, perbedaan skope mempengaruhi perbedaan biaya yang dikeluarkan.
Perusahaan yang sudah mampu memperoleh keuntungan skala ekonomis berada pada kondisi biaya yang paling minimal, sehingga kemungkinan untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk kesejahteraan organ-organ yang ada besar kemungkinan dilakukan. Namun ketika perusahaan belum berada pada kondisi skala ekonomis, biaya yang harus dikeluarkan relatif tinggi, maka untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk kesejahteraan mungkin memerluka perhitungan yang ekstra, termasuk mempertimbangkan kebutuhan jangka pendek ataupun jangka panjang, unsur manfaat, dan sebagainya.
Begitu pula, ketika manajemen sedang melakukan kebijakan perluasan pasar atau pengembangan produk, atau tujuan-tujuan lain, tentu berkorelasi dengan biaya. Biaya akan lebih banyak dikeluarkan dengan sifat kesegeraan, namun manfaatnya mungkin baru akan diperoleh pada waktu yang lebih panjang. Unsur biaya-manfaat dalam hal ini memerlukan relatifitas waktu yang panjang. Lain halnya dalam kondisi perusahaan yang tidak sedang melakukan kebijakan pengembangan atau perluasan produk.
  • Konsep Manajemen atas Biaya
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kondisi perusahaan memerlukan penanganan biaya yang berbeda. Hal ini tentu akan membedakan pula model pencatatan, kalkulasi, serta penggunaan biaya. Namun demikian, secara global pola akuntansi biaya yang diterapkan serupa, karena pola operasional perusahaan pada umumnya berpola serupa. Perusahaan dalan berbagai kondisinya tetap berhubungan dengan pemasok, melakukan proses bisnis internal, dan melakukan penjualan produknya kepada konsumen.
Apapun perusahaannya, tentu berorientasi pada pemerolehan laba. Labasendiri ditentukan oleh jumlah pendapatan, dan pendapatan sangat ditentukan oleh nilai tambah yang ada dalam masing-masing tahapan kegiatan untuk menciptakan produk akhir yang dijual. Konsumen umumnya menilai suatu produk yang dibelinya berdasarkan kesesuaian nilai produk dengan kemampuan daya belinya. Nilai akhir suatu produk ditentukan oleh nilai tambah-nilai tambah yang berakumulasi menjadi total nilai akhir suatu produk. Masing-masing nilai tambah ini yang terakumulasi menjadi profit margin perusahaan.
Dengan demikian, total pendapatan tentu dipengaruhi oleh nilai tambah yang dihasilkan pada setiap tahapan. Tahapan-tahapan itu disebut dengan rantai nilai. Rantai nilai suatu perusahaan tentu berbeda-beda sesuai karakter perusahaannya. Namun kecenderungan terbentuknya rantai nilai berpola sama. Sebagai contoh, pada perusahaan manufaktur, yaitu usaha utamanya adalah membuat produk, maka rantai nilai sudah bisa ditentukan dari awal, mulai dari tahapan pertama hingga tahapan akhir.

  • Akuntansi Biaya dan Kebijakan Manajemen
Manajemen sangat memerlukan akuntansi biaya, karena melalui itu pihak manajemen mendapatkan info tentang biaya seterang-terangnya, guna pengambilan keputusan pengendalian biaya. Pengendalian ini bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian biaya dengan manfaat. Dalam arti, mengeluarkan biaya seefisien mungkin untuk memperoleh manfaat seoptimal mungkin. Proses pengendalian ini dapat berupa kebijakan-kebijakan pengurangan atau reduksi biaya, penghilangan atau eliminasi biaya, penambahan atau ekstensifikasi biaya, penggunaan secara efektif atau intensifikasi biaya.
Kebijakan-kebijakan biaya itu dapat dilakukan di semua area dan semua waktu. Tentu dengan maksud untuk memperbaiki kinerja perusahaan.  Jika rantai suplai itu kita rujuk dan kembangkan lagi untuk perusahaan yang memproduksi suatu barang, maka rantainya bisa meliputi: pemasok, gudang, pabrik, gudang, konsumen. Rantai suplai ini memuat jenis biaya maupun kuantitas biaya yang cukup banyak, yang sebenarnya dapat dikendalikan. Pada ranah pemasok, biayanya dapat berupa: biaya pesan yang dikeluarkan melalui transportasi, biaya pulsa, dan sebagainya. Pada ranah gudang, dapat muncul biaya gudang, seperti: biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya keamanan, biaya kerusakan, biaya kapital, dan sebagainya. Pada pabrik dapat muncul biaya ketidakefisienan produksi, seperti biaya cacat produksi, biaya sisa bahan, biaya ketidaktepatan jadwal produksi, dan sebagainya. Pada biaya pemasaran dapat pula biaya yang seharusnya dapat dikendalikan namun masih tetap timbul, seperti: biaya retur, biaya penanganan keluhan, dan sebagainya.

Informasi tentang biaya yang ada pada masing-masing area kerja akan dapat digunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. Seperti yang terjadi pada area kerja bagian gudang di atas, yang ternyata bisa menimbulkan banyak biaya, maka manajemen dapat saja menentukan kebijakan berikutnya berupa pengeliminasian biaya, dengan cara misalnya, menerapkan kebijakan just in time. Begitu pula terhadap biaya yang timbul dalam proses produksi dan pemasaran, mungkin sulit untuk dilakukan eliminasi, tetapi sangan memungkinkan untuk direduksi sehingga besarnya biaya akan berkurang. Kebijakan yang dilakukan oleh 
manajemen bisa saja dalam bentuk pembentukan fungsi kendali mutu (quality control).

sumber:supawi-pawenang.blogspot.com

Referensi:

Charles T. Horngren, Srikant M.Datar, George Foster, Akuntansi Biaya Dengan 
Penekanan Manajerial, Jilid 1, Edisi Keduabelas, Terj: P.A. Lestasi, SE, 
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006).